Nama calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, muncul dalam liputan media asing sebagai “Nepo Baby”. Istilah ini mengacu pada anak selebritas yang sukses karena jejak orangtuanya. Bagaimana media asing memberi Gibran julukan “Nepo Baby”?
Sebelumnya, Gibran menarik perhatian media asing Al Jazeera setelah debat cawapres pada 22 Desember 2023. Penampilan putra sulung Presiden Joko Widodo ini dilaporkan berhasil menepis anggapan Nepo Baby atau bayi nepotisme yang diarahkan kepadanya.
Sebuah penelitian di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam di Singapura (RSIS), Alexander Arifianto, menyebut bahwa orang yang meragukan Gibran itu sepenuhnya salah. Argumentasi Gibran menunjukkan bahwa ia sangat memahami masalah ekonomi, jauh lebih baik dari kedua lawannya.
Sejak Koalisi Indonesia Maju (KIM) mengumumkan Gibran sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto pada Oktober lalu, Wali Kota Solo ini menghadapi kontroversi, termasuk tuduhan julukan “Nepo Baby” karena dianggap sebagai penerus politik dinasti Jokowi.
Gibran dianggap tidak sebanding dengan dua cawapres lainnya. Latar belakang Gibran hanya sebagai pebisnis kuliner dan pengalaman politiknya sebatas sebagai wali kota yang baru menjabat dua tahun. Ini berbeda dengan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan Mahfud Md.
Muhaimin Iskandar adalah wakil ketua DPR RI dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sementara, Mahfud Md adalah Menkopolhukam yang berpengalaman di eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Dengan pengalaman politik yang belum sebanding dengan lawan-lawannya, Gibran dituduh mengikuti jejak ayahnya dan tidak memiliki pendirian yang jelas dibandingkan kandidat pesaingnya.