Pramono Anung Dinilai Berat dalam Persaingannya dengan Khofifah di Pilgub Jawa Timur

by -786 Views

Direktur Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI) Baehaki Sirajt menilai munculnya nama Sekretaris Kabinet Pramono Anung sebagai calon gubernur Jawa Timur belum mampu menggeser elektabilitas calon incumben Khofifah Indar Parawansa. Walaupun Pramono juga orang asli Jawa Timur dan tokoh nasional, namun hanya dikenal di tataran Kediri, Blitar, dan Tulungagung.

“Sedangkan di tataran-tataran daerah lain, masih membutuhkan (kerja keras),” kata Baehaki saat dihubungi, Ahad, 23 Juni 2024.

Di internal kader PDI Perjuangan, menurut Baehaki, dari hasil survei yang ia lakukan pada bulan lalu, tingkat popularitas paling tinggi masih pada Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma, disusul Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi Abdullah Azwar Anas.

Popularitas Risma tinggi, ujar Baehaki, karena ketika menjabat wali kota Surabaya dua periode, semua masyarakat Jawa Timur tahu prestasinya. Di Surabaya sendiri, menurutnya, dari survei yang dilakukan ARCI waktu itu, tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Risma juga tinggi, yakni di atas 80 persen.

“Dari pandangan kami, kalau mau realistis, Risma lebih berpeluang diusung PDIP dari pada tokoh-tokoh lain,” kata Baehaki.

Baehaki tak melihat faktor putra Pramono Anung yang juga Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, mampu mengerek popularitas ayahnya dalam waktu yang tinggal beberapa bulan ini. Apalagi, kata dia, terpilihnya Mas Dhito, sapaan akrab Hanindhito, tidak melalui kompetisi karena dia calon tunggal.

“Mas Dhito saya rasa tidak menjadi faktor signifikan untuk mengerek popularitas Pak Pramono,” kata dia.

Bagi ARCI, per hari ini tokoh yang dinilai relatif kuat menandingi Khofifah dalam kontestasi pemilihan gubernur Jawa Timur ialah Risma dari PDIP dan KH Marzuki Mustamar dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Di luar dua tokoh ini, ujar Baehaki, belum ada yang sepadan dengan Khofifah.

“Kalau PDIP dan PKB menyatu mengusung Risma-Kiai Marzuki, maka Khofifah harus berkeringat untuk memenangkan pilgub. Tetapi kalau lawannya bukan duet tersebut, incumben ini akan menang mudah,” tutur Baehaki.

Baehaki menilai wajar bila masih sulit menyatukan Risma-Marzuki. Sebab andai kata PDIP dan PKB berkoalisi, pembahasan siapa cagub dan siapa cawagubya juga butuh pembahasan tersendiri.

Risma mungkin saja ingin sebagai cagub karena berpengalaman sebagai wali kota dan menteri. Namun, perolehan suara PDIP di Jawa Timur saat Pemilu 2024 tidak mencapai 20 persen.

Sedangkan PKB mencapai perolehan suara 20 persen sehingga mengantongi tiket emas untuk mengusung cagub dan cawagub sendiri. “Tatkala PDIP belum mencapai 20 persen, apakah dia bisa menggandeng PPP, NasDem atau PKS? Padahal dari informasi terakhir PKS dan NasDem 90 persen merapat ke Khofifah,” kata Baehaki.

Khofifah dan Emil Dardak telah mendapat dukungan resmi dari Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, Perindo, dan PSI. Hingga saat ini belum ada calon lain yang muncul untuk bersaing dengan incumben. PKB dikabarkan telah mendekati Marzuki Mustamar untuk diusung sebagai cagub, adapun PDIP belum terlihat terang sikapnya.

Sebelumnya, saat mendampingi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri berziarah ke makam Bung Karno di Blitar, Jumat pekan lalu, 21 Juni 2024, Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto mengatakan nama Pramono Anung dan Risma ada yang mengusulkan maju sebagai calon gubernur Jawa Timur dan DKI Jakarta.

“Saat ini sedang dilakukan konsolidasi jajaran partai. Nama Bu Risma memang ada yang mengusulkan sebagai calon gubernur, demikian pula ada Pak Pramono Anung yang diusulkan untuk Jakarta maupun di Jawa Timur,” kata Hasto.

Menurut Hasto, soal siapa kader PDIP yang diusung pada pilgub, akan diumumkan pada saat yang tepat. Saat ini, tutur Hasto, PDIP sedang fokus di pilkada tingkat kabupaten/kota. Rekomendasi yang dikeluarkan telah mencapai 130 calon bupati/wali kota.