TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Umum Partai Golongan Karya (Golkar) Airlangga Hartarto mengatakan HUT Ke-59 Partai Golkar adalah momentum untuk selalu mengingatkan bahwa Partai Golkar adalah salah satu partai tertua yang mengawal pembangunan di Indonesia.
Dalam rangka memperingati HUT Ke-59 Partai Golkar yang jatuh pada hari ini, Jumat, 20 Oktober 2023, Airlangga bersama jajarannya berziarah ke Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Utama Kalibata, Jakarta Selatan.
Upacara itu dipimpin langsung oleh Airlangga dengan diawali pemberian kehormatan kepada para pahlawan yang telah gugur di medan juang.
“Pada pagi hari ini, kami kader Partai Golkar datang untuk memberikan penghormatan sekaligus berdoa mengenang arwah pahlawan yang telah mendahului kita,” ucap Airlangga, Jumat, 20 Oktober 2023.
Upacara dilanjutkan dengan mengheningkan cipta dan persembahan karangan bunga untuk para pahlawan yang dahulunya telah menjunjung tinggi nama partai berbendera kuning itu.
Acara selanjutnya ditutup dengan doa dan tabur bunga ke sejumlah makam pahlawan yang ikut membesarkan nama Golkar sejak didirikan pada Oktober 1964 oleh Soeharto dan Suhardiman.
Tabur bunga diawali dari makam presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie dan istrinya, Hasri Ainun Habibie. Setelah itu, ke makam wakil presiden ke-3 RI Sudharmono beserta istrinya, Ratu Emma Norma Sudharmono.
Selain itu, tabur bunga ke makam mantan Ketum Sekber Golkar Suprapto Sukowati, kemudian ke makam Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, Letjen S. Parman, Letjen M.T. Haryono, Letjen Suprapto, dan Jenderal Ahmad Yani.
Sejarah Partai Golkar
Menukil laman resmi Partai Golkar, Golongan Karya awalnya muncul dari kolaborasi gagasan tiga tokoh, Soekarno, Soepomo, dan Ki Hadjar Dewantara. Ketiganya, mengajukan gagasan integralistik-kolektivitis sejak 1940.
Saat itu, gagasan tiga tokoh ini mewujud dengan adanya Golongan Fungsional. Dari nama ini, kemudian diubah dalam bahasa Sansekerta sehingga menjadi Golongan Karya pada 1959. Hingga kini, Golongan Karya dikenal dalam dunia politik nasional sebagai Golkar.
Pada dekade 1950-an, pembentukan Golongan Karya semula diorientasikan sebagai perwakilan dari golongan-golongan di tengah masyarakat.
Selanjutnya: Perwakilan ini diharapkan bisa…