Di dalam gereja Katolik, cincin kepausan adalah simbol otoritas dan peran Paus yang penting. Biasanya, cincin tersebut dikenali sebagai cincin Nelayan karena melambangkan kedudukan seorang Paus sebagai pemimpin gereja Katolik. Setiap kali seorang Paus baru dilantik, ia diberikan cincin kepausan yang menunjukkan gambar Santo Petrus, salah satu rasul Yesus Kristus. Cincin ini sebelumnya digunakan sebagai meterai untuk surat-surat pribadi Paus dan catatan kepausan namun sekarang cincin tersebut akan dihancurkan sesuai tradisi setelah kematiannya.
Desain standar cincin kepausan biasanya menampilkan gambar Santo Petrus atau tanda lain yang menggambarkan otoritas gereja Katolik yang dilimpahkan kepada Paus. Meskipun benda suci tersebut terbuat dari emas, namun cincin yang diberikan kepada Paus Fransiskus terbuat dari perak berlapis emas. Setelah kematiannya, cincin tersebut akan dihancurkan oleh kardinal camerlengo, pejabat senior Vatikan yang bertanggung jawab atas berbagai ritual penting di dalam gereja. Ini adalah simbol berakhirnya kewenangan Paus dan perlindungan terhadap penyalahgunaan seperti pemalsuan dokumen.
Tradisi menghancurkan cincin kepausan biasanya dilakukan setelah konfirmasi resmi kematian Paus oleh kardinal camerlengo. Namun, Paus Benediktus XVI mengubah tradisi ini ketika ia mengundurkan diri dari kepausan pada tahun 2013. Daripada menghancurkan cincin, kamerlengo kardinal menandai cincin tersebut dengan pahat sebelum memulai proses pemilihan Paus berikutnya. Hal ini menunjukkan kompleksitas dan tradisi yang terkait dengan cincin kepausan dalam gereja Katolik.