Delegasi pemerintah Indonesia baru-baru ini diterima secara resmi untuk mengadakan negosiasi dagang strategis dengan Amerika Serikat, menjadikan Indonesia negara keempat setelah Vietnam, Jepang, dan Italia yang diberikan perlakuan khusus setelah dimulainya perang dagang pada tanggal 2 April. Diplomasi yang telah dilakukan dianggap sebagai langkah positif, dengan kesepakatan untuk menyelesaikan negosiasi dalam waktu 60 hari. Observasi dari Doddy Ariefianto, seorang dosen di Universitas Binus, menilai bahwa perkembangan tersebut merupakan langkah baik untuk mencapai keseimbangan perdagangan yang diinginkan. Pemerintah Indonesia juga berencana untuk meningkatkan pembelian beberapa produk AS yang tidak dapat diproduksi dalam negeri, seperti LPG, minyak mentah, bensin, gandum, kedelai, pakan ternak, dan barang modal. Negosiator dari Indonesia juga membuka peluang bagi perusahaan AS untuk berinvestasi di Indonesia melalui percepatan perizinan, pemberian insentif investasi, dan kemudahan prosedur impor, menunjukkan komitmen Indonesia sebagai mitra dagang yang ramah investasi. Selain itu, kerja sama antara dua negara juga mencakup sektor critical minerals, ekonomi digital, dan pengembangan SDM dan teknologi. Doddy juga menekankan pentingnya pendekatan simultan ke AS dan China untuk menjaga status Indonesia sebagai negara non-blok di tengah perseteruan kedua negara tersebut. Delegasi Indonesia yang dikirim ke AS memiliki latar belakang pendidikan AS, yang terdiri dari Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menlu Sugiono, Wamen Keuangan Thomas Djiwandono, dan Wakil Ketua Dewan Energi Nasional Mari Elka Pangestu, yang kesemuanya memiliki pengalaman pendidikan di AS.
Gajah Berantem: Tips Agar Tidak Keinjak Saat Melintas
