LEADERSHIP OF INDONESIAN NATIONAL LEADERS [TEUKU UMAR]

by -122 Views
LEADERSHIP OF INDONESIAN NATIONAL LEADERS [TEUKU UMAR]

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I]

Banyak contoh dalam sejarah bangsa kita dimana musuh melampaui kita dalam hal pasukan, senjata, dan pengalaman. Namun, karena sikap yang tepat, karena kebaikan pemimpin kita, jujur, patriotik, cerdas, keras kerja, dan tidak pernah tunduk pada dominasi bangsa asing, kita berhasil mengalahkan segala rintangan berkali-kali.

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas di masa kolonial Nusantara berasal dari kisah kepemimpinan Teuku Umar. Sebagai anggota angkatan darat Belanda, dia berhasil menipu Belanda dua kali dengan ‘perang semu’ dan memperkuat gerakan perlawanan Aceh terhadap penjajah.

Sepanjang sejarah, telah terbukti berulang kali bahwa kunci kemuliaan sebuah bangsa adalah kepemimpinan. Ketika saya berada di angkatan bersenjata, saya belajar pepatah yang relevan untuk setiap prajurit dalam berbagai masa: ‘tidak ada prajurit buruk, hanya ada komandan yang buruk’.

Saya belajar pepatah lain sebagai seorang perwira muda: ‘Seribu kambing yang dipimpin oleh seekor harimau akan mengaum, namun seribu harimau yang dipimpin oleh seekor kambing akan mengembik’.

Salah satu kisah kepemimpinan paling cerdas di masa kolonial Nusantara adalah kisah Teuku Umar. Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh Barat pada tahun 1854. Sejak kecil, Teuku Umar dikenal sebagai anak yang cerdas dan berani. Dia juga teguh dan gigih di hadapan kesulitan.

Teuku Umar berusia 19 tahun ketika pertama kali mengangkat senjata dan bertempur melawan Belanda saat invasi Belanda pertama pada tahun 1873. Ketika berusia 29 tahun, dia pura-pura menjadi kolaborator Belanda dan masuk ke dalam dinas militer Belanda. Dia disambut oleh Gubernur Van Teijn, yang bermaksud menggunakan Teuku Umar sebagai ‘agen’ untuk mendapatkan simpati rakyat Aceh.

Teuku Umar membuktikan kemampuannya kepada Belanda dengan menghancurkan pos-pos pertahanan Aceh. Sebagai hasilnya, dia diberi peran yang lebih besar dalam memimpin 17 komandan dan 120 prajurit, termasuk seorang admiral.

Perlawanan Teuku Umar terhadap Belanda dimulai ketika kapal Inggris “Nicero” terdampar pada tahun 1884. Kapten dan kru dijadikan sandera oleh Raja Teunom, yang menuntut tebusan uang. Pemerintah Kolonial Belanda menugaskan Teuku Umar untuk merebut kembali kapal tersebut. Namun, dia meminta banyak peralatan dan senjata. Belanda mengabulkan permintaannya.

Kemudian, Belanda terkejut oleh berita bahwa prajurit mereka yang bergabung dengan Teuku Umar semua tewas di tengah laut. Teuku Umar mengambil semua senjata dan peralatan. Teuku Umar telah membelot dan berpihak pada Aceh melawan Belanda yang membuat Belanda kesal.

Perang panjang antara Aceh dan Belanda memaksa Teuku Umar untuk menyusun strategi baru, menggunakan tipu daya lama yang dia kenal dengan baik. Sebagai master dalam penipuan, sepuluh tahun kemudian, dia menyerahkan diri kepada Belanda lagi. Dia melakukannya dengan menyelenggarakan ‘pertempuran semu’ dan mengerahkan pasukan untuk mengirim pesan rahasia. Belanda, terkesan, memberinya gelar ‘Teuku Johan Panglima Agung-Pahlawan Belanda’. Tiga tahun kemudian, seperti yang kamu duga, Teuku Umar mengkhianati Belanda untuk kedua kalinya. Dia membawa pasukannya dan 800 senjata, 25.000 peluru, 500 kg amunisi, dan $18.000 dalam uang tunai.

Setelah bertahun-tahun berperang melawan Belanda, Teuku Umar terpojok ketika dia tiba di pinggiran Kota Meulaboh. Tentara Belanda mengetahui lokasinya; Teuku Umar dan anak buahnya dikelilingi. Dia dan anak buahnya memilih untuk terlibat langsung dengan Belanda dan bertempur sampai akhir. Sebuah peluru musuh menembus dadanya. Teuku Umar mati sebagai pahlawan.

Source link