PRINCIPLES OF LEADERSHIP – prabowosubianto.com

by -939 Views
PRINCIPLES OF LEADERSHIP – prabowosubianto.com

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan Tentara Nasional Indonesia]

Saudara-saudara yang terhormat,

Jika kita mempelajari sejarah bangsa-bangsa, kita dapat belajar bahwa tidak ada perubahan signifikan yang pernah terjadi tanpa didorong oleh perjuangan yang gigih. Seringkali, perjuangan ini berbentuk konflik militer.

Demikian pula, Indonesia hanya bisa meraih kemerdekaannya karena perjuangan yang gigih melibatkan para pendahulu Indonesia – perjuangan militer berjaya generasi 45 ini.

Sebuah perjuangan militer tidak bisa berhasil tanpa adanya pemimpin yang memiliki sikap kepemimpinan teladan dan prinsip-prinsip militer yang telah diuji waktu. Pemimpin yang memimpin dengan teladan, pemimpin yang memimpin dari depan.

Saya melihat sikap-sikap tersebut ditunjukkan oleh para pemimpin saya, para mentor saya sepanjang karier saya di TNI. Beberapa dari mereka adalah bagian dari generasi ’45 yang memerdekakan Indonesia dari kolonialisme Belanda.

Saya merujuk pada sikap-sikap pemimpin seperti Kolonel TNI (Purn.) Azwar Syam, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Himawan Soetanto, Jenderal TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution, Mayjen TNI (Purn.) Mung Parahadimulyo, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Yogie Suardi Memet, Jenderal TNI (Purn.) Wismoyo Arismunandar, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Yunus Yosfiah, Jenderal TNI (Purn.) Muhammad Jusuf, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Fransiskus Xaverius Sudjasmin, Jenderal TNI (Purn.) H. M. Suharto, Mayjen TNI (Purn.) I Ketut Wirdana, Jenderal TNI (Purn.) Widjojo Sujono, Brigjen TNI (Purn.) Dr Aloysius Benedictus Mboi, Raden Panji Muhammad Nur dan banyak lagi yang saya anggap sebagai mentor saya.

Saya juga merujuk pada sikap-sikap mantan pelatih-perwira saya. Mereka telah membentuk dan membantu saya, termasuk Kapten Haruman dan Warrant Officer Bayani.

Tanpa para teladan ini, saya tidak akan berhasil dalam memimpin operasi militer ketika saya masih menjadi perwira TNI. Saya tidak akan berhasil setelah pensiun dari Angkatan Darat.

Selain belajar pelajaran penting dan keterampilan dari para pemimpin dan pelatih saya, selama saya berada di TNI, saya juga meluangkan waktu untuk membaca kisah kepemimpinan pejuang kemerdekaan kita dan pemimpin dunia lainnya.

Kita dapat belajar banyak dari kepemimpinan Gadjah Mada, Raden Wijaya, Malahayati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Gubernur Suryo, Jenderal Sudirman, Robert Wolter Mongisidi dan banyak tokoh nasional lain yang berjuang gigih untuk bangsa Indonesia.

Juga banyak yang dapat kita pelajari dari ketekunan Alexander Agung, Julius Caesar, Duke of Wellington, Mustafa Kemal Atatürk, Deng Xiaoping, Emiliano Zapata dan tokoh-tokoh militer dunia lainnya yang berhasil memimpin pasukan dan negara melalui pertempuran besar.

Selama bertahun-tahun, saya telah berbagi pengalaman saya tentang sikap pemimpin militer sukses: senior, instruktur saya, dan tokoh nasional dan dunia dalam kuliah-kuliah saya di Padepokan Garudayaksa, pusat belajar yang saya bangun di Hambalang, dan baru-baru ini dalam kursus saya di Universitas Pertahanan Indonesia (UNHAN).

Namun, saya tahu bahwa untuk membangun kesadaran di kalangan generasi baru kepemimpinan TNI dan kepemimpinan nasional, hanya dengan memberikan kuliah tentang sikap pemimpin militer sukses tidak cukup.

Oleh karena itu, dengan menulis buku ini, saya berbagi pengalaman dan pengetahuan saya dengan audiens yang lebih luas. Saya berharap semakin banyak orang yang akan mendapat manfaat dari apa yang saya pelajari dari sosok seperti Jenderal TNI (Purn.) Muhammad Jusuf, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Fransiskus Xaverius Sudjasmin, Jenderal TNI (Purn.) H. M. Suharto, Mayjen TNI (Purn.) I Ketut Wirdana, Jenderal TNI (Purn.) Widjojo Sujono dan individu teladan lainnya yang bukan hanya pemimpin TNI yang hebat tetapi juga negarawan yang patut diacungi jempol.

Selain belajar dari senior-senior saya, saya juga belajar banyak dari rekan-rekan seangkatan saya dan juniors saya. Di antara mereka adalah Mayjen TNI (Purn.) Glenny Kairupan, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sjafrie Sjamsoeddin, Mayjen TNI (Purn.) Suhartono Suratman, Letnan Jenderal TNI (Purn.) Johannes Suryo Prabowo, Kapten TNI Anumerta Sudaryanto, dan Letnan Satu TNI Anumerta Siprianus Gebo.

Selain nama-nama juniors saya yang sudah disebutkan di atas, masih banyak yang mencolok. Misalnya, rekan-rekan saya di Akademi Militer (AKABRI) angkatan ’74: Brigjen TNI Harry Pysand, Mayjen TNI (Purn.) Mahidin Simbolon, dan Brigjen TNI (Purn.) Endang Nugiri. Mereka semua mencolok dalam bidang operasi. Saya telah melihat mereka dalam kontak senjata. Mereka adalah contoh keberanian dan pengorbanan. Kadang-kadang mereka bahkan terlalu berani. Beberapa rekan seangkatan dan juniors saya tertembak musuh karena keberaniannya.

Beberapa juniors saya yang lain juga mencolok dalam pertempuran: Kapten CDM TNI (Purn.) Dr Boyke Setiawan bergabung dengan saya di medan perang berkali-kali, Kolonel Infanteri TNI Anumerta Adel Gustimego (’78), Mayjen TNI (Purn.) Chairawan Kadarsyah Kadirussalam Nusyirwan (’80), Mayjen TNI (Purn.) Musa Bangun (’83), Brigjen TNI (Purn.) Taufik Hidayat (’83), Kolonel TNI (Purn.) Sugeng Rahardjo, dan Mayjen TNI (Purn.) Meris Wiryadi (’83).

Saya juga ingin menyebutkan Mayor Jenderal Surawahadi, komandan peleton saya saat ia masih Letnan Dua. Dia sangat tajam. Begitu ia melihat musuh, dia akan terus mengejar mereka meskipun usaha tersebut memakan waktu berbulan-bulan.

Juga, juniors saya yang sangat berprestasi di tahun kelulusan ’87: Mayjen TNI Marga Taufiq (’87), Jenderal TNI Andika Perkasa, yang kini Panglima TNI, Letnan Jenderal TNI Muhammad Herindra, yang kini Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal TNI Ida Bagus Purwalaksana yang sebelumnya Komandan Batalyon 328, Komandan Brigade 17, kini adalah Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan. Ida Bagus kini bekerja bersama saya setelah puluhan tahun berpisah.

Betul, jika saya harus menulis tentang mereka secara detail, saya tak akan pernah selesai menulis buku ini. Mungkin dalam buku berikutnya, saya akan bercerita tentang mereka. Saya juga sedang mengingat kembali catatan para perwira dan prajurit yang pernah bertugas bersama saya. Dalam buku mendatang, saya akan mengenalkan mereka kepada Anda. Buku ini sudah lebih dari 500 halaman. Saya harap sikap-sikap dan kualitas kepemimpinan yang digambarkan dalam buku ini dapat meningkatkan kesadaran bersama untuk memperkuat perjuangan kita dalam membangun Indonesia yang kuat, terhormat, dan sejahtera.

 

Source link