Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

by -122 Views
Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku Kepemimpinan Militer 1: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto]

Pak Tarub adalah lulusan angkatan ’65. Saya pertama kali berinteraksi dengannya ketika dia menarik saya dari Kepala Staf Brigade dan membuat saya menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Saya menganggap ini sebagai sebuah kehormatan.

Ketika beliau menarik saya, beliau berkata, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Kurikulum perbaiki. Buat tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi itulah yang saya emban dan dengan dukungan penuh dari beliau saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia seperti Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap kali saya berkunjung ke pasukan, yang selalu saya cari adalah kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub saya belajar, jika kita ingin menilai suatu pasukan, lihatlah kurikulum pendidikan mereka. Hitunglah berapa jam pelajaran dia belajar taktik, teknik, dan sebagainya. Hitunglah berapa butir peluru setiap prajurit menembak. Dari situ kita akan tahu kualitas pasukan itu. Hal inilah yang saya lakukan dengan dukungan penuh dari Pak Tarub untuk memperbaiki mutu dan kurikulum pelatihan komando. Alhamdulillah sekarang setelah sekian puluh tahun saya monitor, bahwa beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai sosok yang periang, humoris, persuasif, dan jarang marah. Pribadinya halus. Beliau disukai oleh atasan, rekan, dan anak buah.

Pak Tarub juga terlihat dari foto-foto daerah operasi, bahwa sejak menjadi seorang kapten, beliau selalu berada di daerah operasi. Pak Tarub juga memiliki hobi menembak dan tentunya juga menggemari olahraga bela diri.

Seringkali Pak Tarub memberi tugas-tugas kepada saya. Namun, setelah memberikan tugas, beliau membiarkan saya menyelesaikan tugas tersebut tanpa banyak campur tangan. Banyak senior saya memberi tugas dan perintah, serta memberikan dukungan kepada saya, tetapi tidak mengganggu pelaksanaan tugas tersebut.

Sifat ini kemudian saya terapkan sebagai cara saya dalam memimpin. Saya sering memberikan tugas kepada anak buah dan membiarkan mereka menyelesaikan tugas tersebut. Tentu saja, saya memberikan dukungan yang diperlukan, tetapi memberikan keleluasaan bagi mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Sebagai seorang yang bekerja di lapangan, saya tidak suka jika setiap langkah harus diatur, harus ditanya, atau harus diawasi. Ini kemudian saya lihat sebagai gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di satuan-satuan yang aktif dan kuat, pasukan-pasukan dunia yang hebat, gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri adalah demikian. Mereka dikenal dengan istilah mission type order yang digunakan oleh tentara Jerman dan Amerika. Mereka memberikan perintah dengan cukup memberi tugas pokok tanpa perlu detail.

Ini juga yang dilaksanakan oleh Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978, dalam operasi mengejar Lobato. “Kamu sampai di sini ini, lanjutkan pengejaran ke koordinat ini. Lalu kamu sudah tahu ya apa yang harus dilakukan. Ketemu lagi berapa hari dari sekarang dengan helikopter ini.” Ia selanjutnya langsung terbang, tidak ada lagi perintah operasi yang bertele-tele. Itu juga yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link