Perjuangan Kita untuk Memilih yang Sulit

by -303 Views
Perjuangan Kita untuk Memilih yang Sulit

Selama 20 tahun terakhir, saya telah membawa pesan yang kurang lebih sama dengan apa yang terkandung di dalam buku ini dalam perjalanan politik saya. Selama perjalanan saya, banyak lawan saya yang selalu hendak mendiskreditkan saya. Saya digambarkan sebagai seseorang yang haus kekuasaan dan nafsu untuk berkuasa, serta digambarkan sebagai seseorang yang suka menggunakan kekerasan dan kejam. Namun, saya telah membuktikan bahwa saya selalu mengutamakan jalan damai. Sebagai mantan prajurit, saya mengerti perang dan pernah melihat korban-korban perang, termasuk gugurnya anak buah saya di medan perang.

Saya telah difitnah sebagai orang yang ingin menutup semua gereja di Republik Indonesia, padahal sebagian keluarga saya adalah Kristen dan banyak orang di sekitar saya adalah Nasrani. Sebagai mantan prajurit TNI, saya memiliki sumpah untuk membela seluruh rakyat Indonesia tanpa memandang suku, agama, ras. Saya telah mempertaruhkan nyawa saya dan banyak anak buah saya dari berbagai suku dan agama yang telah gugur di bawah komando saya. Bagaimana saya bisa melanggar sumpah saya dan melupakan pengorbanan mereka?

Saya juga telah difitnah sebagai anti etnis Tionghoa, padahal saya selalu membela semua kelompok minoritas. Fitnah-fitnah tersebut hanya merupakan bagian yang keji dari politik. Saya selalu meminta para sahabat dan pendukung saya untuk sabar, tenang, dan tidak menjadi marah. Kita harus semakin arif, semakin sabar, dan tidak balas kedengkian dengan kedengkian, kejahatan dengan kejahatan, atau fitnah dengan fitnah.

Saya mengajak para pembaca buku ini untuk mengambil langkah-langkah untuk menghadapi masa depan. Saya telah memilih berjuang di atas landasan konstitusional dan tidak mau menyerah kepada keadaan yang tidak benar dan tidak adil. Saya yakin bahwa Indonesia saat ini sarat dengan campur tangan asing yang ingin Indonesia lemah, hancur, dan miskin, namun kita harus tetap tenang, sabar, dan percaya pada kekuatan kita sendiri.

Dalam Padepokan Garudayaksa, saya selalu mendapat semangat baru dan harapan baru dari siswa-siswa baru. Saya menilai bahwa harapan rakyat akan masa depan yang lebih baik terletak di pundak mereka yang belajar dan berbagi dengan saya serta di pundak pembaca buku ini. Jika pembaca mendapatkan pelajaran berharga, saya mendorong mereka untuk turun gunung, berani memimpin rakyat, dan memimpin dengan ilmu dan dawuh fatwa. Kita tidak boleh tinggal diam menghadapi kondisi yang ada. Kita harus bersatu dan bekerja dengan akal yang baik, akal yang sehat.

Saat ini, kebersamaan sangat diperlukan. Para Pandawa dan orang-orang baik yang ingin membangun suatu legacy yang baik bagi anak cucu harus berkumpul menjadi satu untuk menawarkan kepada rakyat suatu alternatif pilihan. Kaum intelektual bangsa Indonesia harus menjadi kekuatan yang menentukan, kekuatan yang damai, dan kekuatan yang tidak akan membiarkan ketidakadilan terus-menerus berjalan di Republik Indonesia.

Saat ini, kunci kembali kepada apa yang Edmund Burke pernah katakan, “If everybody keeps quiet,” kalau semua orang diam, yang akan memimpin adalah orang-orang yang tidak baik. Oleh karena itu, saya butuh dukungan secara riil, secara konkret dari pembaca buku ini. Saya butuh dukungan untuk memimpin dan menjaga kehormatan rakyat Indonesia. Marilah kita bersatu, menunjukkan bahwa rakyat Indonesia memiliki cita-cita yang luhur dan tidak mau menjadi kacung atau budak. Saudara-saudara sekalian yang membaca buku ini, mari kita katakan yang benar, benar dan yang salah, salah. Kita harus bersatu dan memimpin untuk mencapai perubahan yang positif.