Kambing Hitam TikTok Shop Menjadi Pemicu Sepinya Pasar Tanah Abang

by -171 Views
Kambing Hitam TikTok Shop Menjadi Pemicu Sepinya Pasar Tanah Abang

Pasar Tanah Abang adalah salah satu pusat penjualan pakaian terbesar di Indonesia. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pasar yang sudah berdiri sejak 30 Agustus 1735 itu disebut-sebut tengah mengalami penurunan, dengan semakin sepi nya tenant maupun pengunjung. Beberapa anggapan menyebutkan bahwa penurunan omset pedagang, rendahnya pembelian, dan sepinya pengunjung di Pasar Tanah Abang disebabkan oleh banyaknya konsumen yang beralih membeli barang di social e-commerce seperti Tiktok Shop.

Dengan membanjirnya produk dengan harga murah yang dijual di Tiktok Shop, sebagian pihak menganggapnya telah menggerus daya saing produk lokal. Namun, apa benar Tiktok Shop menjadi faktor penurunan omset di Pasar Tanah Abang? Ataukah Tiktok Shop hanya menjadi sasaran dari faktor-faktor lain yang turut membuat pusat grosir pakaian terbesar se-Indonesia itu makin sepi?

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi biang kerok dari penurunan omset di Pasar Tanah Abang. Pertama, penjualan besar-besaran melalui e-commerce telah menjadi opsi belanja yang lebih menarik bagi masyarakat. Hal ini terbukti dengan keberhasilan Raffi Ahmad dalam memecahkan rekor omzet penjualan live streaming pada kampanye 7.7 Shopee Live. Masyarakat lebih memilih untuk berbelanja secara online dibandingkan dengan berbelanja langsung di pasar tradisional.

Kedua, persaingan harga grosir yang bersaing ketat di Pasar Tanah Abang juga menjadi alasan penurunan omset. Pasar Tanah Abang adalah pusat grosir skala nasional dengan segmen konsumen yang mencakup pedagang dari Aceh hingga Papua. Ketidakjelasan regulasi dari pemerintah juga turut mempengaruhi daya saing pasar tradisional.

Tiktok Shop sendiri akhirnya resmi ditutup pada 4 Oktober 2023 setelah menerima keputusan pemerintah untuk tidak lagi melakukan transaksi penjualan. Namun, penutupan Tiktok Shop tidak begitu berdampak signifikan bagi penjualan di pasar tradisional seperti Pasar Tanah Abang. Para pedagang offline di pasar masih menilai kondisinya tetap sama dengan sebelumnya.

Pada akhirnya, Tiktok Shop kembali bangkit dengan menjalin kemitraan strategis dengan Tokopedia. Dengan investasi lebih dari US$1,5 miliar, Tiktok Shop bekerja sama dengan Tokopedia untuk mengembangkan layanan belanja dalam aplikasi Tiktok di Indonesia.

Dengan demikian, penurunan omset di Pasar Tanah Abang tidak hanya disebabkan oleh faktor Tiktok Shop saja, melainkan juga oleh invasi e-commerce, persaingan harga grosir, ketidakjelasan regulasi pemerintah, dan pergeseran minat beli masyarakat dalam berbelanja.